Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat
gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal). Gangguan itu
menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan
jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
PATOGENESA adalah gangguan aliran cairan pada otak-berdasarkan
hasil riset dari lembaga National Institute of Neurological Disorders and Stroke
(NINDS), Amerika Serikat ada tiga jenis, yaitu yang pertama gangguan aliran
adanya hambatan sirkulasi, contoh tumor otak yang terdapat di dalam ventrikel
akan menyumbat aliran cairan otak. Kedua, aliran cairan otak tidak tersumbat,
sebaliknya cairan itu diproduksi berlebihan, akibatnya cairan otak bertambah
banyak dan semakin banyak, contoh:
tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan otak.
Kemudian, yang
ketiga, bila cairan otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada sumbatan,
tetapi ada gangguan dalam proses penyerapan cairan ke pembuluh darah balik.
Sehingga otomatis, jumlah cairan akan meningkat pula. Misalnya, bila ada cairan
nanah (meningitis atau infeksi selaput otak) atau darah (akibat trauma) di
sekitar tempat penyerapan.
Ketidakseimbangan
antara system produksi dan penyerapan, dapat perlahan atau progresif,
menyebabkan ventrikel-ventrikel tersebut melebar, kemudian menekan jaringan
otak sekitarnya. Tulang tengkorak bayi di bawah dua tahun yang belum menutup
akan memungkinkan kepala bayi membesar
Pembesaran kepala
merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi hidrosephalus.
Menurut peneliti Milrohat TH (1982), Paine RS (1967), dan Brett EM (1983),
upaya pengukuran lingkar kepala secara serial dan teratur sangat penting dalam
deteksi dini penyakit ini.
Perkembangan
lingkar kepala normal pada bayi cukup bulan adalah 2 cm per bulan untuk 3 bulan
pertama, 1 cm per bulan untuk 3 bulan kedua, dan 0,5 cm per bulan untuk 6 bulan
berikutnya. Nellhaus pada tahun 1968 menciptakan diagram persentil lingkar
kepala yang masih digunakan hingga sekarang.
Manifestasi klinis
lain antara lain ialah ubun-ubun besar bayi akan melebar dan menonjol, pembuluh
darah di kulit kepala makin jelas, gangguan sensorik-motorik, gangguan
penglihatan (buta), gerakkan bola mata terganggu (juling), terjadi penurunan
aktivitas mental yang progresif, bayi rewel, kejang, muntah-muntah, panas badan
yang sulit dikendalikan, dan akhirnya gangguan pada fungsi vital akibat
peninggian tekanan dalam ruang tengkorak yang berupa pernapasan lambat, denyut
nadi turun dan naiknya tekanan darah sistolik
Untuk menunjang dan
melengkapi diagnosis, diperlukan pemeriksaan tambahan mulai dari yang
sederhana, seperti foto polos kepala dan disusul dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Pemeriksaan dengan sonografi menjadi data minimal untuk menilai
pelebaran ventrikel dan ketebalan jaringan otak. Jika ketebalan kurang dari 2
cm, maka dinilai tindakan bedah tidak bermanfaat lagi.
Sedangkan
pencitraan yang mampu melihat detail ruang tengkorak dan jaringan otak, dipilih
pemeriksaan computerized tomography scan (CT scan) atau magnetic resonance
imaging (MRI) karena dapat mendeteksi struktur anatomi otak, dan penyebab
hidrosefalus, misalnya tumor dalam rongga ventrikel yang semua itu berkaitan
dengan strategi penanganan hidrosefalus
penanganan
hidrosefalus adalah life saving and life sustaining" yang berarti penyakit
ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian penderita.
Tindakan bedah pada hidrosefalus sesungguhnya telah dirintis sejak beberapa
abad yang silam oleh Ferguson pada tahun 1898 berupa membuat shunt atau
pintasan untuk mengalirkan cairan otak di ruang tengkorak yang tersumbat ke
tempat lain dengan menggunakan alat sejenis kateter berdiameter kecil.
Cara mekanik ini
terus berkembang, seperti Matson (1951) menciptakan pintasan dari rongga
ventrikel ke saluran kencing (ventrikulo ureter), Ransohoff (1954)
mengembangkan pintasan dari rongga ventrikel ke rongga dada
(ventrikulo-pleural). Selanjutnya, Holter (1952), Scott (1955), dan Anthony J
Raimondi (1972) memperkenalkan pintasan ke arah ruang jantung atria
(ventrikulo-atrial) dan ke rongga perut (ventrikulo-peritoneal) yang alirannya
searah dengan menggunakan katup pengaman.
Teknologi pintasan
terus berkembang dengan ditemukan bahan-bahan yang inert seperti silikon yang
sebelumnya menggunakan bahan polietilen. Hal itu penting karena selang pintasan
itu ditanam di jaringan otak, kulit, dan rongga perut dalam waktu yang lama
bahkan seumur hidup penderita sehingga perlu dihindarkan efek reaksi penolakan
oleh tubuh. Produk selang pintasan kini semakin canggih, contoh ada yang
dilengkapi dengan klep sehingga dapat diatur tekanan aliran cairan otak, ada
juga dilapisi dengan bahan antibakteri dan ada campuran materi khusus sehingga
selang lebih awet, lentur, dan tidak mudah putus.
Tindakan bedah
pemasangan selang pintasan dilakukan setelah diagnosis dilengkapi dan indikasi
serta syarat dipenuhi. Tindakan dilakukan terhadap penderita yang telah dibius
total, ada sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang
tengkorak dan selaput otak yang selanjutnya selang pintasan ventrikel di
pasang, disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga
perut lalu ditanam selang pintasan rongga perut antara kedua ujung selang
tersebut dihubungkan dengan sebuah selang pintasan yang ditanam di bawah kulit
sehingga tidak terlihat dari